Manyar tempua

Manyar tempua

NAMA | NAME

MANYAR TEMPUA

BAYA WEAVER

(Ploceus philippinus)

TAKSONOMI | TAXONOMY

Kerajaan Animalia

Filum Chordata

Kelas Aves

Ordo Passeriformes

Famili Ploceidae

Genus Ploceus

Ploceus philippinus, umumnya dikenal sebagai manyar tempua, adalah spesies burung pengicau kecil yang termasuk dalam famili Ploceidae. Ditemukan di seluruh Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia, spesies menarik ini menarik perhatian karena kemampuannya yang unik dalam membangun sarang dan perilaku sosialnya yang rumit.

Ploceus philippinus, commonly known as the baya weaver, is a small passerine bird species belonging to the family Ploceidae. Found across South and Southeast Asia, including Indonesia, this fascinating species has gained attention for its unique nest-building abilities and intricate social behavior.

DISTRIBUSI DAN HABITAT | DISTRIBUTION AND HABITAT

Manyar tempua memiliki jangkauan distribusi yang luas, mulai dari Pakistan dan India hingga Asia Tenggara, termasuk india. Dia asli dari beberapa daerah Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa, dan Bali. Spesies ini terutama mendiami padang rumput terbuka, area budidaya, alang-alang, dan rawa bakau. Di Indonesia, manyar tempua dapat ditemukan di berbagai habitat, antara lain hutan dataran rendah dan padang rumput.

The baya weaver has a wide distribution range, spanning from Pakistan and India to Southeast Asia, including Indonesia. It is native to several Indonesian regions, including Sumatra, Java, and Bali. This species primarily inhabits open grasslands, cultivated areas, reedbeds, and mangrove swamps. In Indonesia, baya weavers can be found in various habitats, including lowland forests and grasslands.

DIET DAN NUTRISI | DIET AND NUTRITION

Makanan manyar tempua terutama terdiri dari biji-bijian dan serangga. Mereka diketahui memakan biji rumput, butiran beras, dan berbagai serangga kecil, termasuk kumbang dan ulat. Di daerah pertanian di Indonesia, mereka mungkin mencari makan di sawah, memanfaatkan ketersediaan biji-bijian dan serangga.

The baya weaver’s diet primarily consists of grains and insects. They are known to feed on grass seeds, rice grains, and various small insects, including beetles and caterpillars. In agricultural areas of Indonesia, they may forage in rice fields, benefiting from the availability of grains and insects.

SIFAT UTAMA DAN FAKTA UNIK | KEY TRAITS AND FUN FACTS

Manyar tempua terkenal dengan keterampilan membangun sarang mereka yang rumit. Jantan membangun sarang berbentuk labu yang terjumbai dari rerumputan dan daun palem. Sarang ini biasanya digantung di ujung rerumputan tinggi, alang-alang, atau daun palem. Di beberapa daerah di Indonesia, seperti Bali dan Lombok, sarang-sarang ini menjadi pemandangan umum yang menghiasi pemandangan alam. Manyar tempua adalah sarang kolonial, sering membangun sarang mereka berdekatan satu sama lain. Ukuran koloni ini bervariasi, mulai dari beberapa sarang hingga ratusan atau bahkan ribuan di area perkembangbiakan yang lebih besar. Tempat bersarang komunal ini dikenal sebagai “desa penenun” atau “koloni penenun”. Selama musim kawin, manyar tempua jantan terlibat dalam pertunjukan memikat pasangan yang rumit untuk menarik perhatian betina. Pertunjukan ini melibatkan kepakan sayap, melompat, dan bernyanyi dari tempat bertengger yang menonjol. Bulu jantan berwarna kuning cerah menambah daya tarik visual mereka. Manyar tempua betina memilih pasangan berdasarkan kualitas keterampilan membangun sarang jantan. Sarang yang dibangun dengan baik merupakan indikasi kebugaran pejantan dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi keturunannya. Jantan dengan kemampuan membangun sarang di bawah standar mungkin menghadapi penolakan betina. Di Indonesia, manyar tempua memiliki makna budaya di daerah tertentu. Sarang mereka terkadang dikumpulkan untuk kerajinan tangan dan karya seni tradisional. Selain itu, perilaku membangun sarang mereka yang rumit telah mengilhami cerita rakyat lokal dan cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Baya weavers are renowned for their elaborate nest-building skills. The males construct pendulous, gourd-shaped nests from grasses and palm leaves. These nests are typically suspended from the tips of tall grasses, reeds, or palm fronds. In some areas of Indonesia, such as Bali and Lombok, these nests are a common sight, adorning the landscape. Baya weavers are colonial nesters, often constructing their nests in close proximity to one another. These colonies can vary in size, ranging from a few nests to hundreds or even thousands in larger breeding areas. These communal nesting sites are known as “weaver villages” or “weaver colonies.” During the breeding season, male baya weavers engage in intricate courtship displays to attract females. These displays involve fluttering their wings, hopping, and singing from prominent perches. The males’ bright yellow breeding plumage adds to their visual appeal. Female baya weavers select mates based on the quality of the males’ nest-building skills. A well-constructed nest is an indication of the male’s fitness and provides better protection for their offspring. Males with subpar nest-building abilities may face rejection by females. In Indonesia, the baya weaver holds cultural significance in certain regions. Their nests are sometimes collected for handicrafts and traditional artwork. Additionally, their intricate nest-building behavior has inspired local folklore and stories that are passed down through generations.

STATUS KONSERVASI | CONSERVATION STATUS

Meskipun manyar tempua dianggap sebagai spesies “Risiko Rendah” dalam IUCN Red List, hilangnya habitat dan perubahan praktik penggunaan lahan menimbulkan potensi ancaman bagi populasinya. Deforestasi, urbanisasi, dan perluasan pertanian di Indonesia telah mengakibatkan rusaknya habitat yang cocok untuk spesies ini.

While the baya weaver is considered a species of “Least Concern” on the IUCN Red List, habitat loss and changes in land use practices pose potential threats to its population. Deforestation, urbanization, and agricultural expansion in Indonesia have resulted in the destruction of suitable habitats for this species.

Berlangganan Layanan Email Kami

Dapatkan informasi mengenai Promo dan Kegiatan di Jagat Satwa Nusantara