SI TANDUK YANG BERKELIARAN DI NUSANTARA
Kijang, dikenal sebagai “rusa kecil”, adalah salah satu satwa liar asli Asia, termasuk Indonesia. Muntiacus muntjak, dengan subspesies zimmerman ditemukan di berbagai wilayah Nusantara. Hewan ini dikenal karena tubuhnya yang mungil, gerakan yang lincah, dan kemampuannya beradaptasi di berbagai habitat, mulai dari hutan dataran rendah hingga pegunungan.
Salah satu ciri khas kijang adalah tanduk kecil yang dimiliki oleh pejantan, yang uniknya tumbuh di atas tonjolan tulang panjang pada kepala mereka. Tanduk ini berfungsi sebagai alat pertahanan dan senjata saat bersaing memperebutkan wilayah atau pasangan. Selain itu, kijang memiliki suara yang mirip gonggongan, sehingga di beberapa daerah disebut “rusa gonggong”. Suara ini sering digunakan untuk memperingatkan bahaya. Meski berukuran kecil, kijang memiliki kecepatan dan kelincahan luar biasa, membuat mereka sulit ditangkap oleh predator alami seperti harimau atau macan tutul.
THE HORNS IN THE ARCHIPELAGO
One of the wild animals native to Asia, including Indonesia. Muntiacus muntjak, with the subspecies zimmerman is found in various regions of the archipelago. This animal is known for its tiny body, agile movements, and ability to adapt to various habitats, from lowland forests to mountains.
One of the distinctive characteristics of antelope is the small horns that males have, which uniquely grow on top of long bony protuberances on their heads. These horns function as a means of defense and weapons when competing for territory or mates. In addition, deer have a sound similar to barking, so in some areas they are called “barking deer”. This sound is often used to warn of danger. Despite their small size, antelopes have extraordinary speed and agility, making them difficult for natural predators such as tigers or leopards to catch.