Kepodang Kuduk Hitam

Kepodang Kuduk Hitam: Dari Warna Cerah Hingga Suara yang Merdu

Kepudang kuduk-hitam, secara ilmiah dikenal sebagai Oriolus chinensis, adalah spesies burung pengicau cantik yang termasuk dalam famili Oriolidae. Tersebar luas di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Spesies ini dikenal karena penampilannya yang mencolok.

Morfologi dan Perilaku

Kepudang kuduk-hitam jantan menampilkan bulu yang didominasi warna kuning keemasan dengan topeng dan tengkuk hitam khas, yang memberi nama umum bahasa Inggrisnya. Bulu sayap dan ekor berwarna hitam di ujungnya.

Kepudang kuduk-hitam dikenal dengan lagunya yang merdu dan mirip seruling. Jantan menyanyikan serangkaian nada siulan yang kaya dan lembut yang sering digambarkan jernih dan cair. Vokalisasinya biasanya terdengar selama musim kawin dan berperan dalam pertahanan teritorial dan memikat pasangan.

Habitat dan Makanan

Kepudang kuduk-hitam berasal dari Asia Tenggara dan berbagai daerah di Indonesia antara lain Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Burung ini menyukai beragam habitat, termasuk hutan, hutan bakau, perkebunan, dan taman kota.

Makanan utama kepudang kuduk-hitam terdiri dari serangga, buah-buahan, dan nektar. Dia secara aktif mencari makan di puncak pohon, mencari mangsa seperti ulat, kumbang, dan belalang. Dia juga memakan berbagai buah dan nektar, menjadikannya penyerbuk penting untuk spesies tanaman tertentu.

Ancaman

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, kepudang kuduk-hitam terdaftar sebagai spesies “Risiko Rendah.” Dia memiliki distribusi yang luas dan tren populasi yang stabil. Namun, seperti banyak spesies burung, mungkin menghadapi kehilangan dan degradasi habitat akibat deforestasi dan urbanisasi, khususnya di beberapa wilayah di Indonesia.

Fakta Unik

Musim kawin kepudang kuduk-hitam bervariasi di seluruh wilayahnya, tetapi umumnya terjadi antara bulan April dan Juli. Kepudang kuduk-hitam hanya memiliki 1 pasangan seumur hidup. Betina membangun sarang berbentuk cangkir menggunakan rumput, ranting, dan bahan tanaman lainnya, biasanya terletak di cabang luar pohon. Mereka menghasilkan 2-4 butir telur, yang diinkubasi oleh betina selama kurang lebih dua minggu. Kedua orang tua berkontribusi untuk memberi makan anak burung sampai mereka menjadi dewasa.

Berlangganan Layanan Email Kami

Dapatkan informasi mengenai Promo dan Kegiatan di Jagat Satwa Nusantara