Cangak Merah: Burung Merah Penghuni Lahan Basah
Ardea purpurea, umumnya dikenal sebagai cangak merah, adalah spesies bangau yang ditemukan di berbagai wilayah di dunia.
Morfologi dan Perilaku
Dia dikenal karena bulunya yang mencolok dan perilakunya yang unik. Cangak merah adalah burung berukuran sedang, berukuran panjang sekitar 80-90 cm. Ia memiliki bulu berwarna ungu keabu-abuan dengan garis-garis yang lebih gelap di kepala dan lehernya. Kakinya yang panjang berwarna kuning, dan matanya berwarna kuning atau jingga. Selama musim kawin, orang dewasa mengembangkan bulu putih panjang dan tipis di kepala, leher, dan punggung mereka.
Cangak merah memiliki teknik memburu yang unik. Ia akan terlihat berdiri tak bergerak di tepi air, dengan sabar menunggu mangsa lewat. Begitu ada kesempatan, dia dengan cepat menyerang dengan paruhnya yang tajam, menyambar makanannya.
Habitat dan Makanan
Cangak merah memiliki persebaran yang luas dan dapat ditemukan di Eropa, Asia, dan sebagian Afrika. Di Indonesia, dapat ditemukan di berbagai lokasi, termasuk Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Bangau ini mendiami berbagai habitat lahan basah, seperti rawa-rawa, sawah, dan hutan bakau. Di Indonesia, cangak merah merupakan burung residen dan dapat ditemukan sepanjang tahun. Dia terutama diamati di daerah lahan basah, seperti rawa-rawa di Sumatra dan Kalimantan. Dia juga sering mengunjungi sawah dan lahan basah di Jawa dan Bali, muncul di lingkungan pedesaan dan perkotaan.
Bangau ini adalah pemburu ahli, menggunakan berbagai teknik memakan. Mereka terutama memakan ikan, tetapi juga mengonsumsi amfibi, reptil, serangga, mamalia kecil, dan terkadang burung.
Ancaman
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), cangak merah saat ini dikategorikan sebagai spesies “Risiko Rendah.” Meskipun penurunan populasi telah dicatat di beberapa daerah karena hilangnya habitat dan perburuan, secara keseluruhan spesies ini dianggap memiliki tren populasi yang stabil.
Fakta Unik
Musim kawin cangak merah terjadi antara bulan April dan Juli. Mereka membangun sarang besar yang terbuat dari ranting, alang-alang, dan tumbuh-tumbuhan di pohon tinggi atau semak lebat di dekat badan air. Kedua orang tua berpartisipasi dalam membangun sarang dan mengerami telur. Betina biasanya bertelur tiga sampai lima telur biru pucat, yang menetas setelah sekitar 25-30 hari. Anak bangau awalnya tak berbulu tetapi segera mengembangkan bulu keabu-abuan.