Jakarta, 22 Januari 2025 – Dalam upaya melakukan konservasi eksitu pada burung Julang Emas (Aceros undulatus) yang semakin terancam punah, Jagat Satwa Nusantara mengumumkan pelepasan burung Julang Emas dari enclosure ke habitat semi-alami Aviary Greater Sunda yang telah dilakukan pada tanggal 19 Desember 2024. Ini adalah bagian dari program konservasi yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi burung Julang Emas untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan alami Taman Burung, Jagat Satwa Nusantara, Taman Mini Indonesia Indah, yang sekaligus memastikan satwa dapat mengekspresikan alami liarnya seperti di alam.
Burung Julang Emas yang menjadi ikon baru edukasi dan konservasi Taman Burung, Jagat Satwa Nusantara ini bernama Rimba. Julang Emas dengan jenis kelamin jantan ini dikenal dengan ciri khas warna emas pada leher dan kepalanya. Sebagai salah satu satwa ambasador, Rimba merupakan salah satu spesies burung yang terancam punah di Indonesia dan Asia Tenggara. Kehilangan habitat akibat deforestasi dan perburuan ilegal telah menyebabkan penurunan jumlah populasi burung ini secara signifikan. Oleh karena itu, langkah konservasi yang efektif, menjadi sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup spesies ini.
Tahapan Rehabilitasi dan Manajemen Penempatan Satwa
Manajemen penempatan satwa atau lebih dikenal dengan manajemen koleksi satwa merujuk pada proses perencanaan, pengelolaan, dan penataan koleksi satwa di Jagat Satwa Nusantara. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa satwa-satwa ditempatkan di lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan biologis, ekologis, dan perilaku mereka.
“Sebagai lembaga konservasi eksitu yang memiliki tujuan untuk mengedepankan tujuan konservasi dan penelitian, Jagat Satwa Nusantara berkomitmen untuk melakukan penelitian berbasis ilmiah dengan mengamati perilaku Julang Emas ini ketika berada di habitat semi-alami hutan Aviary Greater Sunda, Taman Burung, Jagat Satwa Nusantara. Bagaimana pola perilaku saat beradaptasi dengan habitat yang ditempati oleh berbagai jenis spesies burung dari bagian barat Indonesia. Bagaimana perilaku pakan, berapa lama Rimba dapat mengasah insting liarnya sebagai satwa liar untuk berburu makanan dan terbang di pohon-pohon tinggi yang terdapat di Kubah Greater Sunda. Dan masih banyak pola perilaku lainnya lagi yang ingin kita pelajari dari sini.” Kata Ery Erlangga, sebagai Presiden Direktur Jagat Satwa Nusantara.
Ada beberapa aspek penting dalam manajemen koleksi satwa ini meliputi kesesuaian habitat. Pertama, melihat kesesuaian habitat. Menempatkan satwa dalam ruang yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan hidup mereka, seperti jenis vegetasi, ruang gerak, suhu, kelembaban, dan lainnya. Ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang mendukung kesejahteraan satwa. Kedua, keamanan dan kesejahteraan satwa. Penempatan satwa harus mempertimbangkan interaksi antarspesies untuk mencegah konflik atau stres. Beberapa spesies mungkin lebih cocok untuk dipelihara dalam kelompok, sementara lainnya lebih baik dibiarkan sendiri. Ketiga, keragaman spesies. Manajemen penempatan satwa juga melibatkan perencanaan keragaman spesies, termasuk mempertimbangkan upaya konservasi dan reproduksi untuk spesies yang terancam punah. Keempat, penataan untuk edukasi dan penelitian. Penempatan satwa yang tepat akan memudahkan pengunjung untuk belajar tentang spesies tersebut dan memberi kesempatan bagi ilmuwan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Kelima, pengaturan genetik. Pengelolaan koleksi satwa juga termasuk dalam program pembiakan yang bertujuan menjaga keragaman genetik dalam populasi satwa, untuk mendukung pelestarian spesies.
Dengan menerapkan 5 poin manajemen penempatan satwa yang baik, Jagat Satwa Nusantara dapat menjalankan misi dalam pelestarian, pendidikan, dan penelitian, sekaligus memastikan bahwa satwa-satwa yang ada mendapatkan perawatan terbaik dan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mereka. Kehadiran Rimba di Aviary Greater Sunda diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pengunjung tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.
Jagat Satwa Nusantara terus mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk ikut serta mendukung upaya konservasi satwa melalui kunjungan yang edukatif yang menyenangkan. Masyarakat dapat berkunjung menyesuaikan pada jam operasional seluruh wahana Jagat Satwa Nusantara yang berlaku, yaitu pukul 09.00 – 17.00 WIB saat hari kerja (Senin – Jumat) dan pukul 08.00 – 18.00 WIB saat akhir pekan dan libur nasional.
***
Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Sekar Ningrum, Public Relations Jagat Satwa Nusantara
Email : sekar@jagatsatwa.id
Website : jagatsatwanusantara.id
Instagram : jagatsatwa.tmii
TikTok : jagatsatwa.tmii